All About Naruto

Konoha Hiden-Chapter 3 "Daging dan Uap" (Bagian 2)

Judul Novel : (木ノ葉秘伝 祝言日和, Konoha Hiden: Shūgenbiyori)
                   The Perfect Day For A Wedding//Hari yang Sempurna untuk Sebuah Pernikahan
Penulis : Shō Hinata
Ilustrasi : Masashi Kishimoto
Translator : Cacatua (Eng), NR@Narutonian (Ind)


Konoha Hiden, Chapter 3-Bagian 2
-
Akan tetapi, pemandangan yang menyapa Shikamaru setelah berteriak terkejut adalah sebuah kebetulan yang akan membuatnya lebih terpesona.


Garis pandang Shikamaru membuatnya bisa melihat bagian belakang rambut seorang wanita. Rambutnya tidak mencapai lutut seperti rambut teman satu timnya. Rambut wanita ini agak sedikit pendek, dan diikat dua. Dia adalah orang yang benar-benar berbeda, dan melihatnya membuat mata Shikamaru melebar.

Wanita di depannya adalah seorang jounin dari aliansi Konoha, Sunagakure… Temari.

Banyak orang yang datang dan pergi dari Konoha, bukan hanya shinobi dari desa lain seperti Temari. Ada banyak shinobi yang datang untuk menerima misi, kembali dari misi, klien yang memberi misi, dan banyak jenis orang lainnya. Arus datang dan pergi terus berlangsung.

Tentu saja, bukan berarti sembarang orang bisa masuk. Gerbang desa itu selalu dijaga ketat untuk mengawasi orang yang mencurigakan atau benda yang membahayakan, ada pengivestigasian dan pemeriksaan.

Temari, contohnya, adalah shinobi dari desa lain yang membawa kipas perang besar di punggungnya. Itu adalah senjata khusus pilihannya, sebuah kipas perang yang bisa menghasilkan angin kencang dan mematikan dalam satu ayunan.

Tapi meskipun membawa senjata berbahaya, Temari adalah shinobi dari desa aliansi, dan sudah bertahun-tahun bekerja sama dengan Konoha, jadi dia diberikan izin untuk membawa kipas perangnya melewati batas desa. Dia juga bisa dengan mudah melalui wawancara untuk mendapatkan izin pendatang, dan itu sudah didapatkannya sejak lama.

Temari yang sama sekarang berbalik karena teriakan Shikamaru yang terkejut, dan mengenali kedua orang itu. Matanya bertemu dengan mata Shikamaru.

“Hah, jadi kau yang berteriak. Apa yang kau lakukan?”

Shikamaru histeris karena terkejut, dia mengira bahwa Chouji secara kebetulan menemukan Ino.

Sekarang, dia berusaha sebaik mungkin untuk menjawab pertanyaan Temari dengan suara yang tenang, meskipun di dalam hatinya sangat gugup.

“O-oh yah. Kami baru saja makan siang dan kemudian… Ngg, ngomong-ngomong, apa yang kau …?”

“Aku kesini untuk memberi pemberitahuan awal soal rapat Ujian Chuunin.”

“Ujian Chuunin? Bukannya kita masih punya beberapa waktu lagi, ya?”

“Yah, kau bisa bilang kalau tahun ini kita akan mengadakan rapat mengenai rapatnya.” Temari tersenyum masam. Dia punya banyak beban pekerjaan yang merepotkan.

Temari adalah putri dari Yondaime Kazekage, dan kakak tertua dari Godaime Kazekage yang sekarang. Dia adalah orang yang sangat cermat dan cekatan dalam membantu adiknya dengan mengurus aktivitas diplomasi dengan desa lain. Seperti hari ini, dia bisa begitu saja datang dan pergi dari Konoha untuk berpartisipasi dalam rapat perencanaan Ujian Chuunin.

Shikamaru mendekat ke Chouji agar Temari tidak mendengarnya, dan berbisik padanya.

“Oi, Chouji! Kenapa kau bilang ‘lihat siapa disana’? Aku kira itu Ino jadi aku…”

“Tapi tadi kau bilang pendapat wanita, jadi tidak ada bedanya, kan…?”

“Se-secara teknis sih benar, tapi…” Shikamaru melirik Temari lagi.

Temari adalah pengguna Fuuton terbaik di Sunagakure. Tidak, bisa dibilang dia pengguna Fuuton terbaik di seluruh dunia shinobi, atau paling tidak, yang kedua. Dia menonjol dalam urusan diplomasi dan membesarkan shinobi di luar bidang pertempuran, tapi dia berkarakter militan. Dia adalah orang yang berani dan tegas, dan sebenarnya lebih cocok di medan perang karena sikap agresifnya itu.

Sepertinya karena kepribadiannya itulah maka dia bisa mengurus urusan politik dengan baik, tapi apa tidak apa-apa kalau dia bertanya pada Temari, wanita yang menggunakan badai untuk menyerang musuh di medan perang, pendapatnya tentang bulan madu untuk Naruto dan Hinata? Kepribadiannya saja berbanding terbalik dengan Hinata.

Temari adalah orang yang berkemauan keras dan selalu mengawasi orang lain, dan kedua sifat itu setipe dengan wanita seperti ibu Shikamaru. Sepertinya dia tidak mungkin memikirkan hal-hal yang lembut seperti Hinata.

Kalau masalah itu, kepribadian Ino juga berbeda dengan Hinata. Tapi, Ino adalah teman sekelas Naruto dan Hinata sejak kecil, jadi berkonsultasi dengannya tampaknya akan lebih mudah.

Ino mungkin akan dengan senang hati memberi saran mengenai bulan madu Naruto dan Hinata. Dia itu tipe orang yang tahu soal tren dan hal-hal terkini.

Tapi reaksi Temari saat dimintai saran adalah sesuatu yang tidak bisa Shikamaru bayangkan.

“Apa, bulan madu?” Tanya Temari mengejek, matanya kehilangan kehangatannya. “Kau benar-benar menanyakan hal yang tidak penting padaku.”

Hanya reaksi itulah yang muncul di pikiran Shikamaru.

“Apa yang kalian berdua bicarakan?” Temari melihat mereka ragu. “Kalian terlihat mencurigakan.”

Dia harus cepat-cepat memperbaiki suasana itu tapi—

“Shikamaru mau bertanya sesuatu padamu.”

Tapi Chouji sudah bertindak duluan.

“Ahh…kau…” Shikamaru menjadi bingung saat Temari mengalihkan pandangan padanya.

Dia tidak mungkin mengatakan sesuatu seperti ‘tidak masuk akal bagiku jika menanyakan soal merencanakan sebuah bulan madu padamu, kan?’. Tidak ada pilihan lagi selain berterus terang.

“Ah, itu, maksudku…” Dia masih tergugup.

Untuk alasan tertentu, dia merasa nervous. Shikamaru ntah kenapa merasa malu. Dia bahkan tidak sanggup melihat mata Temari. Akhirnya, kata-kata itu terlompat dari mulutnya:

“…Aku sedang memikirkan soal ini, tapi, untuk sebuah bulan madu, dimana tempat yang bagus menurutmu?”

“Eh?!” Temari mengeluarkan suara terkejutnya.

“Apa?!” Karena terkejut akan reaksi Temari, Shikamaru bisa melihat ke wajah Temari sekarang, menatapnya.

“Kau- it- bu-bulan madu…?!”

Temari tidak melihat ke arahnya.

Nah kan, dia benar, menanyakan hal itu pada temari sangatlah tidak sopan dan menghina. Tentu saja Temari akan kesusahan jika diminta memilih hadiah pernikahan untuk Naruto dan Hinata. Bahkan Shikamaru sendiri kesusahan, padahal dia teman sekelas mereka…

Ugh, Chouji, kau harusnya tidak usah turun tangan. Shikamaru memelototi pria itu penuh dendam dan komentar di lidahnya. Chouji berpura-pura tidak sadar dan mengalihkan pandangannya pada jendela toko.

Sambil memelototi pria itu, Shikamaru mencoba untuk mengubah situasinya.

Hasil akhirnya adalah masalah itu sudah selesai, jadi mungkin dia bisa mendengar pendapat Temari.

“Maaf.” Shikamaru meminta maaf. “Aku tahu ini mendadak, tapi aku mau mendengar pendapatmu.”

“Ke- kenapa bertanya so- soal itu padaku?” Temari terlihat begitu bingung dan panik. Hal itu sangat bisa dimengerti.

“Yah, kurasa menanyakan padamu adalah yang terbaik…”

Yah, dia tidak bisa bilang ‘siapapun bisa kutanya selama mereka adalah wanita’ saat Temari terlihat seperti mempertimbangkannya dengan serius. Itu akan jadi sangat tidak sopan. Bahkan Shikamaru tahu itu.

“Be-bertanya padaku adalah yang terbaik…” Ulangnya.

Untuk alasan tertentu, Temari menunduk dan terlihat sangat gelisah. Shikamaru yakin kalau itu karena dia merasa kerepotan dengan pertanyaannya. Ini tidak bagus. Dalam keadaan ini, tidak akan ada progres. Akan lebih baik kalau Shikamaru mengutarakan pendapatnya lebih dulu.

“Aku rasa bulan madu dengan bersantai di penginapan dengan pemandian air panas itu bagus, tapi bagaimana menurutmu? Tidakkah itu terdengar kuno?”

“A…aku rasa tidak apa-apa…”

“Ah, baguslah. Aku senang. Penginapan dengan pemandian air panas dengan makanan yang enak adalah yang terbaik, huh.”

Temari menyetujui idenya. Shikamaru merasakan kekhawatirannya sirna. Dia merasa khawatir sepanjang pagi, dan sekarang akhirnya dia bisa tersenyum lega. Itu akan jadi hadiah pernikahan yang bagus untuk Naruto dan Hinata.

Temari, di sisi lain, tampak seperti terganggu ketenangannya.

“Jangan bilang kau masih ada urusan…?” Tanya Shikamaru.

Sepertinya begitu. Bagaimanapun Temari kesini karena ada urusan. Dia mungkin terganggu karena Shikamaru terus membuatnya sibuk dengan konsultasi ini.

“Ah, tidak, aku sudah selesai hari ini… Aku berencana untuk pulang.”

“…?”

Dia tidak punya tugas lain yang harus diurus, tapi dia tampak gelisah. Shikamaru memiringkan kepalanya, bingung akan respon Temari. Temari bertingkah aneh hari ini. Apa yang menyebabkannya begitu…?

“Sebaiknya melihat langsung penginapannya, kan?” Saran Chouji, dan Shikamaru menarik dirinya dari lamunannya untuk berkonsentrasi lagi ke masalah hadiah itu.

“Itu benar.” Shikamaru mengangguk. “Sebaiknya pergi dan mengecek langsung secepatnya.”

“Ini masih cukup pagi, jadi pergi hari ini lebih baik, kan?”

“Yeah. Sepertinya itu yang terbaik.”

“Kalau begitu,” ucap Chouji, “Aku mau pergi mencari kastanye manis, jadi kalian berdua saja yang pergi.”

“Eh?!” Shikamaru dan Temari berseru bersamaan.

Kebingungan, Shikamaru melihat ke arah temannya.

“Cho-Chouji…! Apa maksudmu kau tidak ikut…?!”

“Mmm, maaf Shikamaru. Aku harus makan dessert setelah makan makanan berat.”

“Kau baru saja memakannya!”

“Aku punya ruang terpisah untuk dessert.”

“Aku bilang, kau baru saja makan dessert!”

Sambil mereka saling membantah, Shikamaru melirik Temari. Dia mungkin juga marah pada keegoisan Chouji yang tiba-tiba, karena wajahnya sekarang perlahan memerah.

Oi, oi, oi, ini bukan waktunya bercanda. Chouji, ubah keputusanmu. Wanita itu tidak seharusnya dibuat marah, itu akan menjadi situasi yang merepotkan, aku sudah mempelajarinya sejak kecil!

Shikamaru mati-matian mencoba berkomunikasi dan memohon dengan matanya, tapi Chouji tidak mengubah keputusannya.

“Kau akan melakukan survey bulan madu kan, jadi lebih baik kalian sendiri saja yang mengeceknya.”

Chouji mengatakan itu sambil tersenyum lebar.

Rasanya itu terlalu masuk akal untuk dibantah Shikamaru. Siapapun akan setuju bahwa akan lebih masuk akal jika yang memeriksa penginapan itu adalah seorang wanita dan seorang pria, dibanding dua orang pria. Dengan begitu, kau bisa melihatnya dari sudut pandang pengantin pria dan wanita.

Tapi sekarang, dengan reaksi Temari yang tidak dimengerti Shikamaru, wajahnya terlihat memerah seperti akan marah, pergi bersamanya bisa-bisa…

Shikamaru merasakan wajahnya memucat.

“Kalau begitu, sampai bertemu nanti ya.” Ucap Chouji, mulai berjalan. “Aku pergi.”

“Ah…” Saat Shikamaru bisa mengeluarkan suara itu, semua sudah terlambat.

Chouji sedikit melirik temannya dari balik bahunya, melambaikan tangan, dan menghilang dibalik keramaian.

Shikamaru benar-benar terdiam dan ternganga.

Kenapa, Chouji…? Kenapa kau begitu ingin makan kastanye manis…? Meskipun kau sudah makan begitu banyak eskrim, kenapa…? Apa perutmu itu tidak pernah kenyang…?

Itu adalahyang terlintas di pikirannya yang menggila.

Meskipun jalanan di Konoha penuh aktivitas, tempat dimana Shikamaru dan Temari berdiri ntah kenapa terasa sepi. Seperti ada penghalang di sekitar mereka. Mereka berdua terdiam.

Shikamaru terlalu takut untuk melihat Temari.

“Uh…” Bibirnya bergerak tanpa komando. “Bagaimana aku harus…apa yang mau kau lakukan?”

Itulah kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Aku ini idiot.

Tapi, kemudian…

Shikamaru tiba-tiba merasakan tarikan di lengan bajunya.

“…Kita bisa pergi.” Ucap Temari pelan, tidak melihat ke arahnya.


*
Kenapa atmosfernya jadi seperti ini?

Beberapa saat ini, Shikamaru dan Temari sedang menuju Perkampungan Air Panas Konoha.

Dalam perjalanan, mereka tidak banyak bicara.

Shikamaru mencoba memulai obrolan kecil untuk melihat reaksi Temari, tapi responnya pendek dan singkat, dan atmosfer yang meresahkan di antara mereka terus berlanjut.

Kenapa suasananya jadi menegangkan begini…?

Shikamaru mengalihkan pandangannya sehingga matanya tidak bertemu dengan mata Temari, merasakan keringat mengucur di dahinya. Dia mencoba menganalisa situasi secara objektif.

Untuk memulainya, tidak biasanya dia dan Temari hanya pergi berdua. Yah, sebenarnya itu biasa. Dulu, dia memandu Temari mengelilingi desa, dan mereka ikut dalam berbagai rapat dan bekerja bersama. Dia bahkan keluar dari sifat biasanya dan mengajaknya berkencan.

Yah, dia bilang kencan, tapi pada akhirnya mereka melakukan hal yang sama seperti biasanya, membicarakan hal-hal ringan hingga tiba-tiba membicarakan pekerjaan tanpa sadar- tapi tetap saja, waktu itu, tidak ada sama sekali ketegangan seperti sekarang.

Kebalikannya, kencannya itu tidak buruk sama sekali.

Kendati itu semua, kenapa hari ini terasa begitu menegangkan? Kenapa atmosfernya begitu kaku? Kenapa Temari tidak berbicara padanya?

Shikamaru mati-matian memeras otaknya untuk mencari jawaban.

Kemungkinan besar sebenarnya Temari merasa muak karena harus mengurusi hal yang merepotkan ini. Shikamaru sebelumnya bertanya soal rencananya hari ini, dia bilang tidak ada, maka dari itu dia merasa segan untuk menolak ajakan Shikamaru, jadi dia merasa kesal karena direpotkan dengan apa yang harus dilaluinya sekarang. Itulah kenapa dia berbeda hari ini. Itulah kenapa dia tidak bicara banyak.

Tapi, kalau kau lihat akar permasalahannya, semuanya adalah salah Chouji. Chouji dan perutnya yang tiba-tiba menginginkan kastanye manis. Dan yang lebih lagi, salah Chouji juga karena saran ‘lebih baik kalian sendiri saja yang mengeceknya’-nya dan kemudian menghilang. Jika saja dia tidak melakukan hal itu, maka saat ini dia dan Shikamaru, atau Shikamaru sendiri, yang akan pergi mengecek beberapa penginapan.

Aku tidak pernah mengira kalau aku akan kesini bersama Temari…

Itu adalah hal yang tidak pernah terbayangkan olehnya akan terjadi pagi ini. Dia tidak pernah mengira akan makan yakiniku bersama Chouji, dan kemudian bertemu Temari, dan berakhir pada situasi seperti ini.

Mungkin banyak yang bilang soal “shinobi harus melihat ke balik yang ada di balik” tapi ini bukanlah sesuatu yang siapapun bisa perkirakan. Ya ampun, dunia ini memang tidak terprediksi.

Sambil Shikamaru merenung, dia dan Temari menyeberangi jembatan kayu. Ada sungai yang mengalir dibawahnya, dengan uap-uap tipis yang melayang dari sana. Itu adalah sungai dari sebuah sumber air panas. Ada sedikit bau yang tidak enak dari air itu, seperti bau telur. Itu karena ada hidrogen sulfida (belerang) yang tercampur dalam air panas itu.

Sumbernya adalah daerah vulkanik Konoha di atas sana. Kuantitas air panas yang cukup besar mengalir ke daerah ini, begitu banyak sehingga dulu tempat ini terkenal sebagai area penyembuhan bagi shinobi yang terluka. Sekarang tempat ini terkenal sebagai lokasi yang menarik bagi turis dari dalam maupun luar desa.

Mereka berpapasan dengan banyak turis dalam perjalanan mereka.

Kebanyakan turis biasanya mengenakan yukata, dengan sandal kayu geta atau sandal bersol kulit, dan pakaian yang terbordir nama penginapan atau tempat mereka menginap. Itu seperti dresscode yang umum di kota ini. Rasanya senang mengunjungi tempat ini, atau hanya berjalan-jalan.

Kesehatan dan hiburan. Kota itu berkembang dengan mengkombinasikan dua hal itu, dan banyak hal lagi selain penginapan disana. Restoran, tempat bermain, toko souvenir, dan berbagai jenis toko berderet disana. Sisi indah lainnya juga bisa dinikmati dengan berjalan-jalan mengelilingi kota itu.

Shikamaru danTemari sudah melewati banyak toko. Kebanyakan teras toko menjajakan keranjang berisi deretan daging pangsit yang dimasak dengan uap air panas, kelihatan enak dan menggiurkan. Toko souvenir menjual kartu pos dan pahatan kayu untuk para turis, ada juga peralatan shinobi. Dimana-mana, kalian bisa melihat banyak kantong dan botol yang terisi dengan air panas. Air panas adalah sebuah sumber daya yang sangat berharga sebagai sumber pendapatan bagi kota ini.

Shikamaru sedang mencari penginapan untuk dilihat di antara seluruh bangunan di sana. Matahari sudah bergerak ke arah barat, dan tidak lama lagi, malam akan tiba.

Lentera di depan toko-toko dan gedung-gedung mulai menyala satu per satu. Cahaya mereka adalah satu-satunya penerangan di kota itu saat malam datang, pemandangan lentera di tengah kegelapan dan gumpalan uap yang meliputi kota itu sangat menakjubkan.

“Indah sekali…” Gumam Temari.

“Yeah…” Shikamaru menyetujuinya. Kemudian menghadap ke arah Temari. “…Hey, kita sudah bersusah payah ke tempat ini, jadi bagaimana kalau kita ke pusat perbelanjaan disini?”

Temari akhirnya berbicara atas kemauannya sendiri ketika dia mengomentari pemandangan itu. Pemandangan indah kota itu tampaknya mengendurkan suasana tegang mereka. Shikamaru ingin mengambil kesempatan untuk menyingkirkan ketegangan itu sepenuhnya. Bagaimanapun, mereka bersusah payah datang kemari. Mereka tidak akan dihukum karena mengunjungi satu atau dua toko, kan.

“Kau benar.” Ucap Temari, melihat sekeliling. “Kalau begitu…bagaimana dengan toko itu?”

Toko yang ditunjuknya adalah sebuah toko kecil, dengan papan yang tertulis ‘latihan membidik’ di depannya. Tampaknya itu adalah sejenis tempat dimana mereka memberikanmu tiga kunai kayu untuk dilempar ke arah hadiah di rak-rak yang disediakan, dan jika kau bisa mengenai hadiah itu, kau bisa memillikinya.

“Kau yakin mau mencobanya?” Tanya Shikamaru.

“Yeah. Aku mau mencoba yang seperti itu sekali.”

Aku tidak mengerti, tapi tampaknya semangatnya sudah kembali normal…

Mata Temari berbinar saat dia merunduk melewati papan kayu di depan pintu masuk toko itu,dan Shikamaru merasa lega saat melihatnya. Dia mengikutinya masuk.

Di dalam toko itu ternyata sangat ramai.

Kalau dilihat-lihat, pelanggan di sana kebanyakan pasangan kekasih, banyak sekali pria dan wanita muda. Untuk alasan tertentu, Shikamaru kembali tidak bisa menguasai dirinya.

Temari sudah mengambil kunai kayu dan melemparnya. Kunai itu tidak mengenai target hadiahnya, meleset ke kegelapan di baliknya. Dia mengambil kunai kayu yang lainnya, dan melemparnya sekali lagi. Kali ini, bidikannya malah sangat, sangat jauh meleset.

“Hm?” Temari memiringkan kepalanya bingung.

“Oi, oi, ada apa?” Tanya Shikamaru. “Jarang-jarang bidikanmu meleset.”

Lupakan permainan target itu, bagi Shikamaru dan Temari, memegang kunai adalah kehidupan sehari-hari mereka. Dan lebih lagi, kunai yang asli. Tidak mungkin lemparannya meleset dua kali.

“Tidak, masalahnya adalah benda ini terlalu ringan untuk dilempar dengan benar.” Ucap Temari, memberikan kunai kayu pada Shikamaru.

Ah, aku mengerti, ini terlalu ringan. Jauh berbeda dengan kunai yang asli. Pasti akan sulit melempar ini.

Shikamaru langsung mengerti tepat pada detik dia merasakan betapa ringannya kunai di tangannya.

“Tapi, kalau itu masalahnya,” ucap Shikamaru, memegang kunai kayu itu, “Maka jika kau menemukan pusat gravitasi dan menyesuaikannya, kau pasti bisa melemparnya, seperti ini!”

Dia melempa rkunai kayu itu. Dia melemparnya dengan kekuatan yang lebih besar daripada kunai biasanya.

Dan benar-benar meleset.

“Hm?”

Sekarang giliran Shikamaru yang memiringkan kepalanya bingung.


*

Setelah ‘latihan membidik’ mereka selesai, keduanya kembali mencari penginapan.

Temari membawa satu buah daruma kecil, dan patung kucing dengan ukuran yang sama. Hanya dua hadiah itulah yang berhasil Shikamaru dapatkan setelah beberapa kali mencoba, dengan membayar lagi tentunya.

Tapi kalau dipikir-pikir, dari semua upayanya itu, hanya dua hadiah kecil ini yang berhasil didapatkan. Shikamaru merasa bahwa efektivitas biaya di toko itu perlu dipertanyakan.

Tapi, Shikamaru masih tetap pro. Melempar kunai kayu berulang-ulang membantunya agar terbiasa dengan berat kunai itu. Bahkan dengan latihan sekalipun, kunai kayu itu penuh tipu daya. Kau tidak bisa berharap pada latihan yang cukup untuk mengenai hadiah yang besar tanpa mengeluarkan biaya yang besar juga. Shikamaru menyadari itu dengan cepat. Tidak, kenyataannya, kau bisa menghabiskan banyak uang untuk berlatih sebanyak mungkin, dan tetap tidak akan mungkin bisa mengenai hadiah yang besar.

Shikamaru merasa kasihan pada pasangan-pasangan yang ada di toko itu, mereka mengeluarkan suara seperti ‘kyaa!’ dan ‘awww’ saat mereka membidik hadiah yang tidak akan mereka dapatkan.

Andai saja kunai-kunai itu sedikit lebih berat…yah, untuk menyimpulkannya, kunai kayu itu jauh berbeda dengan kunai asli hingga hampir tidak mungkin mengenai apapun dengan kunai itu.

Jika saja bisa, Shikamaru akan lebih memilih untuk melempar kunai yang asli.

Ke pemilik tokonya.

Tapi bagaimanapun, karena dia tidak bisa menggunakan kunai yang asli, dia pikir lebih baik dia mengenai target yang dia bisa daripada terus membidik yang tidak mungkin dan tidak membawa pulang apapun.

‘Target yang dia bisa’ adalah daruma kecil dan patung kucing kecil**. Keduanya adalah hadiah terkecil di toko itu. Uang yang mereka habiskan tidak sebanding dengan persediaan pemilik toko itu. Pemilik toko itu memiliki strategi yang brilian.

“Maaf…” Ucapnya pada Temari, “Aku tidak bisa mendapatkan yang lebih dari itu…”

Ngomong-ngomong, akan sangat buruk jika dia menjadi terbiasa dengan kunai kayu itu dan bidikannya dengan kunai asli terpengaruh.

“Heh, ukurannya sangat pas untuk dibawa pulang.” Jawab Temari tersenyum lebar.

Dia tidak bermaksud sarkastik. Itu perasaannya yang sejujurnya. Daritadi, Temari berkali-kali tersenyum polos seperti ini.

“Ini akan jadi souvenir yang bagus untuk adik-adikku.” Ucapnya.

Kalau dipikir, dia benar juga. Jumlah hadiah yang didapatnya pas. Tapi, yang menjadi pertanyaan…diantara Gaara dan Kankurou, siapa yang akan diberi daruma dan siapa yang akan diberi patung kucing? Dia tidak yakin, tapi bagaimanapun, pasti dia akan tersenyum kalau melihatnya.

Temari selalu memikirkan adik-adiknya.

Temari bersenandung kecil sambil memperhatikan hadiah-hadiah di tangannya. Dia terlihat sedang dalam mood yang sangat bagus.

“Baiklah kalau begitu…kita harus berkeliling untuk memilih penginapannya, kan?” Ucap Shikamaru. “Oh, bagaimana kalau disini?”

Shikamaru kemudian berdiri diam, memperhatikan penginapan terdekat. Bangunan itu berstruktur megah, dengan nuansa historis. Kertas lentera yang berpijar redup di sisi-sisi gerbangnya terasa seperti menyambut hangat tamunya. Tampaknya penginapan itu juga punya kolam yang sangat besar.

Dari luar, semuanya terlihat bagus, tapi fokus utamanya adalah pemandian air panas dan makanannya. Akan bermasalah kalau semuanya terlihat bagus tapi sebenarnya berkualitas buruk.

“Yup, ayo kita masuk dan melihatnya.” Shikamaru mengangguk. Satu kali penilaian singkat saja sudah cukup.

Dia mengarah ke penginapan itu, tapi saat itu juga, langkah Temari terhenti.

“Ada apa?” Dia melirik dari balik bahunya untuk melihat Temari.

“Ah– yah– bagaimana ya– bagaimana mengatakannya…” Temari menunduk dan terlihat sangat gelisah.

Lagi? Baru saja dia mengira kalau Temari sudah kembali normal. Sebenarnya ada apa?

“Jadi begini– sebenarnya– aku belum– Aku belum siap mental…” Gumamnya, tidak melihat ke arah Shikamaru dan memainkan daruma dan patung kucing di tangannya.

Siap mental? Untuk apa?

Mungkin dia merasa canggung karena berada di depan tempat yang terlihat mewah?

Jika tempat berkelas seperti itu membutuhkan biaya yang terlalu tinggi untuk dijangkaunya, maka tentu saja Shikamaru akan menyerah. Menurutnya sayang sekali, tapi mau bagaimana. Tapi mereka tidak akan tahu tanpa masuk dan melihat langsung tempat itu. Baik keputusannya iya atau tidak, dia tetap harus melihat kamar-kamar dan pemandian air panasnya. Tidak bisa kalau tidak begitu. Akan jadi masalah kalau mereka menyerah begitu saja di depan pintu bangunan itu.

“Temari, sekarang kita hanya perlu masuk, dan kemudian kau bisa memikirkannya. Oke?”

“A– akan terlambat kalau kita sudah masuk ke dalam. Aku bisa terbawa suasananya, jadi…”

“Maksudnya apa?!”

Dia benar-benar tidak bisa mengerti apa maksud Temari. Shikamaru kehilangan akalnya.

Ada apa sebenarnya? Suasananya? Maksudnya suasana kuno penginapan itu? Terbawa? Terhanyut? Apa yang dimaksud itu kolamnya? Shikamaru tidak mengerti apapun.

Tetapi, ada satu hal yang dia tahu:

Pasti ada sesuatu yang salah dengan Temari hari ini.

Shikamaru meneliti wajah Temari, memandangnya dan memperhatikannya. Temari cepat-cepat memalingkan wajahnya dari tatapan Shikamaru.

Wajahnya memerah.

“Kau…” Ucap Shikamaru pelan. “Jangan bilang kau…”

Dia meletakkan telapak tangannya pada dahi Temari. Temari mengeluarkan suara terkejut, seluruh tubuhnya tersentak. Mungkin karena tangan Shikamaru dingin.

“Kau memanas(demam), ya?” Tanyanya.

Dahi Temari terasa agak hangat. Tapi, tidak seperti demam. Di sisi lain, wajahnya memerah hingga telinganya.

“A– Aku mau pulang, jadi…” Ucapnya kaku, perlahan menjauh dan berbalik.

Dia benar-benar bertingkah tidak seperti biasanya. Dari Temari yang biasa menjadi terlihat lemah, artinya kalau bukan karena demam, ada yang salah dengan kesehatannya. Tidak ada penjelasan lain.

“Oi, oi, tunggu dan bantu aku. Ini sudah malam, dan kondisi fisikmu buruk dan karena itu kau harus beristirahat disini semalam. Tidak apa-apa. Aku akan segera memesan kamar.”

Shikamaru mengatakan itu karena dia mengkhawatirkan Temari, tapi tampaknya dia mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dikatakan, karena Temari tiba-tiba berlari menjauhinya sekuat tenaga.

Shikamaru menatapnya,ternganga, pada pemandangan Temari yang berlari dengan kecepatan penuh.

Yah, setidaknya kesehatannya sudah membaik. Tapi tunggu, dia harus mengejarnya!

Shikamaru mulai berlari juga.

Dia sudah berhasil kesini bersama Temari, kalau mereka pulang begitu saja, maka akan jadi sia-sia. Dia harus mendapatkan saran Temari mengenai apa yang harus dilakukan untuk perjalanan bulan madu yang lebih baik.

Bagaimanapun, ini bukan hanya untuk Naruto, tapi juga Hinata. Hanya sudut pandang pria saja tidak cukup. Dia harus mengetahui sudut pandang wanita. Dia harus mendengar pendapat Temari mengenai area spa wanita disana, yukata yang disediakan, pelayanan yang diberikan untuk wanita, hal-hal itu tidak bisa dinilai oleh dirinya sendiri.

Shikamaru berkonsentrasi penuh untuk mengejar Temari. Dia sudah hampir menggapainya.

Ini tidak akan berhasil jika aku sendiri, Ini tidak akan berhasil jika aku sendiri…!

Tangan Shikamaru mencapai targetnya. Dia bisa menggapai Temari dengan tangannya.

Mengeratkan pegangannya pada tangan Temari, Shikamaru berteriak, “Aku mohon tunggu! Aku membutuhkanmu!”

Temari dipaksa berhenti, dan sekarang dia melihat Shikamaru dari balik bahunya. Untuk alasan tertentu, mata Temari terlihat sedikit basah.

Mereka berdua terengah-engah, benar-benar kehabisan napas. Nyala lentera yang redup sedikit menerangi wajah mereka, bayangan Shikamaru jatuh tepat pada Temari.

Mungkin dia sudah lebih tenang, karena wajahnya sudah tidak merah lagi. Di bawah cahaya lentera itu, wajah Temari terlihat lebih dewasa dari biasanya.

Shikamaru akhirnya tanpa sadar memandang wajah Temari.

Dia dikelilingi perasaan yang aneh. Seperti berada dalam mimpi.

“Apa tidak apa-apa…jika itu aku…?” Tanya Temari pelan.

Kata-kata itu menarik Shikamaru kembali kekesadarannya, dan mengumpulkan kembali akalnya. Dia mengangguk yakin.

“Yeah, tidak bisa kalau itu bukan kau!” Ucapnya serius, “Bagaimanapun, aku tidak bisa masuk ke daerah pemandian wanita!”

“…ha?” Untuk sesaat, rahang Temari ternganga. “Uhm…? Apa…maksudmu…?”

Shikamaru kebingungan melihat ekspresi yang diberikan Temari, seperti Temari mencurigainya. Itu adalah reaksi yang aneh baginya. Tapi untuk sekarang, yang terbaik adalah memverifikasi apa yang mereka berdua pikirkan.

“Bagaimanapun kau melihatnya, aku tidak akan bisa masuk ke area wanita di pemandian air panas itu, kan?”

“Tentu saja!” Dia terdengar sedikit geram. “Apa yang tiba-tiba kau…”

Temari menyadari sepenuhnya situasi itu, bagus. Seperti yang diharapkan dari Temari.

Kalau begitu, Shikamaru hanya perlu menjelaskan sisanya dengan hati-hati…

“Aku tidak bisa masuk ke area wanita. Karena aku adalah pria. Jadi aku membutuhkanmu untuk masuk ke area wanita. Karena kau bisa memasukinya. Seperti katamu, tentu saja. Ketika kau keluar dari area wanita, aku ingin kau memberitahukanku bagaimana disana, hanya dalam beberapa kalimat. Hanya itu saja. Oke? Itu sangat simpel untuk dilakukan, kan?”

“Apa yang sebenarnya…kau bicarakan…?” Tanya Temari, dengan suara yang sangat tenang.

Dia sudah tidak terlihat curiga pada Shikamaru lagi. Sekarang matanya hanya penuh dengan kebingungan.

Ada apa sebenarnya? Dia sudah menjelaskannya dengan sederhana dan jelas, tapi Temari masih belum mengerti. Shikamaru tidak tau bagaimana cara memperbaiki ini.

Apa yang sebenarnya tidak Temari mengerti? Baru saja, dia setuju kalau Shikamaru tidak bisa masih ke area wanita di pemandian air panas itu…

“Begini,” ucapTemari. “Apa, yang sebenarnya, sedang kita bicarakan?”

Sebenarnya apa akar permasalahannya? Semua yang dikatakan Shikamaru tidak tertangkap olehTemari…

“Apa yang kau maksud dengan apa?” Tanya Shikamaru. “Kita bicara soal memilih penginapan untuk bulan madu untuk sebuah pernikahan, bukannya begitu?”

“Iya, pernikahan siapa?”

“Naruto dan Hinata, tentu saja. Huh? Apa aku tidak memberitahumu? Itu aneh…”

Sepertinya ada kesalahpahaman. Selama ini, Temari memikirkan pernikahan lain selain pernikahan Naruto dan Hinata. Shikamaru akhirnya menyadari fakta itu.

Temari lebih unggul dibanding orang lain. Dia hanya perlu mendengar bagian awal dari penjelasan, dan langsung mengambil kesimpulannya. Shikamaru tidak perlu mengatakan dengan jelas padanya untuk menyadari bahwa mereka salah paham, Temari akan menyadarinya secepat Shikamaru.

Jadi begitulah, pikir Shikamaru, salah paham. Ada sebuah kesalahpahaman.

Temari juga tampak sudah menyadarinya.

“Hmm, jadi begitu ya….” Ucap Temari. Dia tersenyum, tenang dan damai.

“Tidak, tapi tunggu, kalau begitu….Ah!!” Shikamaru berseru.

Kemungkinan, yang disalahpahami Temari adalah….

“Bukan, kan?” Tanyanya pada Temari. “Hey…bukan berarti…”

Saat dia menanyakan itu, Temari diam-diam meraih kipas perang di punggungnya, memegang benda itu di tangannya.

“H-hey…ada apa?” Tanyanya. “Kenapa kau tiba-tiba mengeluarkan itu…? Ad- ada apa dengan chakramu…?!”

Temari memberikan cengiran lebar penuh kasih sayang padanya.

Shikamaru terpikat pada pemandangan itu, dan tanpa sadar senyum juga melengkung di wajahnya.

Tersenyum satu sama lain seperti itu, mereka benar-benar terlihat seperti sepasang kekasih yang mesra.


*
Malam itu diKonoha…

Sebuah badai yang tiba-tiba menerjang perkampungan air panas Konoha semalam penuh. Penduduk dan para turis terjaga sepanjang malam, terlalu takut untuk tidur….



[Translator’snote]:
Aku berharap aku sudah menerjemahkan ini dengan jelas tanpa perlu penjelasan ekstra, tapi sepertinya aku masih harus menambahkan penjelasan untuk berjaga-jaga.

** Bisa kalian cari daruma doll, dan cat figurine. Keduanya adalah hal yang menarikbagi turis.
1- Karena ada beberapa orang yang akan bertanya dan apakah aku benar-benar bisa menyampaikan kalimat dalam bahasa Jepang ke bahasa Inggris dengan benar: ya,Temari merasa lega karena semuanya adalah kesalahpahaman –tidak semua orangsiap menikah dalam waktu singkat– dan tidak, Temari tidak merasa kesal pada Shikamaru, dia benar-benar senang waktu tersenyum padanya. Maksudnya adalah Temari merasa lega karena Shikamaru belum merencanakan pernikahan mereka, dan dia tersenyum mesra pada Shikamaru karena terhibur oleh sikap Shikamaru saat melihat kipasnya. Angin yang dihasilkan hanya angin yang tidak berbahaya untuk menghilangkan rasa malunya, pff.

2- Jadi, karena aku pecinta linguistik, aku akan sedikit mejelaskan tentang kesalahpahamanTemari. Untuk memulainya, sudah kukatakan sebelumnya, bahasa Jepang cukup ambigu. Ketika kau tidak menjelaskan maksudmu kepada orang lain secara ekspresif, makna yang sebenarnya hanyalah untuk dirimu sendiri. Oleh sebab itu,karena pairing ini terlibat sebagaimana mereka (sudah berbulan-bulan dan kau belum mengajaknya berkencan lagi, yang benar saja, Shikamaru? kau payah), asumsi yang logis adalah bulan madu yang Shikamaru pikirkan adalah bulan madunya dan Temari.

Dan yang terlebih lagi, Shikamaru terus mengucapkan hal yang mudah disalahpahami. ‘Kau memanas’ hampir sama artinya dengan ‘kau bergairah’ daaaaannnn, memesan kamar untuk seseorang adalah, seperti yang kalian tebak, bisa diartikan yang macam-macam. Tapi dalam kasus ini, Shikamaru benar-benar hanya berniat untuk memesan kamar hanya untuk Temari sendiri, jadi Temari tidak perlu repot-repot memesannya, tapi jangan salahkan Temari karena dia salah paham lol.
Semoga kalian menikmatinya!



[Narutonian's Note] :
Translator's note di atas merupakan note asli dari penerjemang Jepang-Inggris
0 Komentar untuk "Konoha Hiden-Chapter 3 "Daging dan Uap" (Bagian 2)"

Back To Top