All About Naruto

Novel Konoha Hiden-Chapter 1 "Hadiah Pernikahan, Kekuatan Penuh!"



Judul Novel : (木ノ葉秘伝 祝言日和, Konoha Hiden: Shūgenbiyori)
                   The Perfect Day For A Wedding//Hari yang Sempurna untuk Sebuah Pernikahan
Penulis : Shō Hinata
Ilustrasi : Masashi Kishimoto
Translator : Cacatua (Eng), NR (Ind)



Konoha Hiden, Chapter 1
-
Hadiah Pernikahan, Kekuatan Penuh!
Jika kalian bertanya pada orang-orang tentang ‘desa tersembunyi shinobi’, makakalian pasti menemukan banyak sekali penduduk—mereka yang tidak punya cinta pada shinobi ataupun tanah asalnya—yang membayangkan sebuah tempat yang ditutupi pegunungan di setiap sisinya.

Tentu saja, penduduk itu akan mengatakan, itu pasti desa-desa yang tidak berhubungan dengan dunia luar, benar-benar terisolir dari tempat lainnya, sejenis ‘pulau yang mengambang di atas laut’, terbelakang dan tidak berkembang.

Pasti mereka akan mengatakan, sebuah desa tersembunyi adalah tempat dimana hanya orang yang bodoh yang mau mengunjunginya, dan yang lebih lagi, tempat yang hanya akan bisa ditemukan dengan penuh kesulitan. Sebuah ‘desa tersembunyi shinobi’ pastilah tempat sejenis itu.

Itulah yang kebanyakan orang pikirkan.

Tapi, kenyataannya sangat berbeda.

Konoha mempunyai monumen yang sangat populer di gerbang masuknya, yaitu “Gerbang AUN”**.

Jika orang biasa memasuki Konoha untuk pertama kali, mereka akan tercengang karena pemandangan yang menyambut mereka setelah melewati gerbang itu: sebuah desa besar dan luas yang dibanjiri aktivitas dan penduduk yang sangat banyak.

Desa itu secara konstan terus dipelihara dan berkembang, dan isinya bukan cuma sekedar tempat tinggal penduduk. Disana terdapat banyak sekolah, rumah sakit,tempat-tempat belanja, bahkan tempat rekreasi. Disana terdapat semua hal yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sepenuhnya.

Semua pembangunan yang mungkin dilakukan bisa ditemukan di pusat desa itu. Ukuran Konoha adalah ukuran yang jika kalian menyebutnya ‘kota yang seperti Negara’, maka itu tidak bisa dibilang salah.

Konoha adalah sejenis lingkungan dimana kalian bisa menjalani kehidupan kalian tanpa keluar batas satu langkahpun, dan tidak akan pernah menginginkan yang lebih, tidak akan pernah kekurangan rasa nyaman.

Dan kota besar ini terletak di dalam rimbunnya hutan.

Itulah desa Konoha yang sebenarnya : kota besar yang hadir di antara rimbunnya hutan.

Tidakada satupun shinobi yang merasa tidak puas dengan desa seperti itu.

Desaitu awalnya merupakan tempat beberapa shinobi dan klan mereka berkumpul, tapi ketika sekelompok orang hidup di suatu tempat, mereka pasti menginginkan tempat yang bisa menghasilkan makanan. Dan tentu saja, ada juga permintaan toko-toko yang mau menjual kebutuhan sehari-hari. Mengikuti itu, adalah sesuatu yang wajar kalau kelompok-kelompok orang lainnya akan muncul di desa yang penuh pelanggan.

Maka dari itu banyak kelompok non-shinobi—yang merupakan pedagang dan pengrajin yang mau menjadikan shinobi sebagai pelanggan mereka—berakhir menjadi sangat dekat dengan para shinobi.

Dan sama seperti para shinobi yang punya klan dan keluarga, para pedagang dan pekerja tidak cuma datang ke desa itu sendirian. Mereka juga membawa ‘klan’, dan keluarga mereka.

Banyak orang biasa yang pindah ke desa itu bersama keluarga mereka demi berdagang, dan juga banyak orang yang awalnya shinobi yang beralih profesi. Ada juga orang-orang yang berpikir, ‘aku bukan dari klan shinobi, tapi aku mau mengirim anakku ke Akademi Ninja’ dan pindah ke desa itu dengan niat seperti itu.

Keluarga shinobi, keluarga pedagang, keluarga pengrajin…banyak, banyak sekali orang yang berbeda latar belakang dan profesi yang datang untuk hidup bersama di desa itu. Dan bulan terus menyusut, tahun berganti, dengan orang-orang itulah sebuah pemukiman bisa berubah menjadi kota besar seperti saat ini.

Dan kota besar itu, hingga sekarang, masih terus berkembang pesat.

Ukuran desa Konoha yang besar membuat usaha untuk mengelilinginya, meskipun sekali, memerlukan usaha yang sangat besar. Melintasi jarak sebesar itu bisa-bisa membuat kalian berakhir dengan patah tulang. Tapi, untuk beberapa saat ini, seseorang sedang berlari-lari mengitari desa Konoha.

Orang itu adalah Rock Lee.

Fajar bahkan belum terbit, dan dia berlari sempoyongan mengitari desa, mukanya membuatnya terlihat seperti bisa mati kapan saja.

Kenapa dia berlari mengitari desa sendirian dini hari begini saat penduduk desa danshinobi yang tidak ada misi sedang tidur nyenyak?

Itu bukan latihan rahasia. Malah sebenarnya Lee berlari bukan karena dia ingin berlari. Andai dia bisa, dia akan memilih untuk pulang ke rumah dan tidur. Akan tetapi, ada hal yang membuatnya tidak bisa melakukan itu.

Semuanya berawal sekitar setengah hari lalu…

-
Di hari itu, Hokage Keenam, Hatake Kakashi mengumumkan misi spesial untuk mereka yang berada Konoha.

Itu adalah misi rahasia yang tidak boleh diketahui Uzumaki Naruto dan tunangannya Hyuuga Hinata. Dengan jelas dinyatakan, seperti ini:

“Semua yang akan menghadiri pernikahan Naruto dan Hinata harus membawa kado pernikahan.”

Itu adalah misi yang tidak masuk akal. Lagipula itu adalah sesuatu yang semua orang pasti akan lakukan.

Satu hal yang bisa diperkirakan adalah di antara para tamu undangan, ada banyak orang yang sudah membeli kado pernikahan dan mempersiapkannya. Walaupun begitu, sebagian besar teman Naruto dan Hinata masih sama mudanya dengan mereka. Sebagian besar dari mereka belum pernah menghadiri pernikahan, ataupun menghadiri pernikahan teman dekat mereka untuk pertama kali.

Sepertinya demi para tamu undangan yang belum berpengalaman itu Kakashi menjadikannya sebagai sebuah misi.

Bagimanapun, meskipun luarnya terlihat pendiam dan tenang, Kakashi adalah orang yang humoris. ‘Misi sangat rahasia’ ini adalah sesuatu yang cocok dengan gayanya.

Tapi,ada seseorang di antara para tamu yang menganggap ‘misi sangat rahasia’ ini serius. Seseorang yang menerima pengumuman misi ini dengan penuh semangat dibanding yang lain.

Seseorang itu adalah, tentu saja, orang yang mengaku sebagai Monster Hijau Tampan dari Konoha: Rock Lee.

“Aku pasti akan membalas pertemanan Naruto-kun dengan mengerahkan seluruh jiwa dan ragaku untuk menemukan hadiah pernikahan yang paling hebat!” Lee mendeklarasikan itu pada Kakashi, kemudian pergi dan berlari menjauh.

Lee adalah orang yang sangat percaya kalau dia akan menemukan banyak ide selama latihan. Dia bukan orang yang bisa berpikir sambil duduk diam. ‘Menggerakkan tubuhku akan membantuku berpikir’ adalah hal yang tertanam di pikirannya.

Tetapi…

Lee sudah belari dan berlari mengitari semua tempat di desa berkali-kali, tapi dia tidak mendapatkan ide satupun.

Yah, lebih tepatnya, dia sudah memikirkan satu hal.

Saatputaran keduanya, kata ‘barbel’ muncul di pikiran Lee.

Tapi, itu sangat konyol. Bahkan Lee tahu kalau tidak ada yang akan membawa barbel sebagai kado pernikahan. Jadi, ide satu-satunya itu langsung dia singkirkan.

Meskipun dia terus berlari dan berlari, daritadi, Lee tidak memikirkan ide yang lain, membiarkan satu ide bagus tadi di kepalanya.

Harus ada hadiah yang tidak ada orang lain yang akan membawanya, sesuatu yang juga menggambarkan karakternya… Hadiah yang mengekspresikan perasaannya… hadiah yang akan diterima dengan senang hati, hadiah terbaik yang pernah ada…

Tapi tidak peduli seberapa sering dia berpikir dan terus berpikir, jawaban yang tepat belum juga muncul.

“Ikatan antara aku dan Naruto harus lebih baik dari ini…!” Lee berbisik pada diri sendiri sambil berlari.

Dia membuat satu resolusi:

Sampai dia bisa memikirkan kado yang tepat, dia tidak akan berhenti berlari!

Hatinya mencamkan itu. “Peraturan Pribadi” Lee sedang berjalan.

‘Peraturan Pribadi’ Lee itu muncul demi memperbaiki pikiran dan hatinya melalui latihan. Peraturan itu adalah ketika Lee memutuskan untuk melakukan sesuatu, maka meskipun tampaknya dunia akan hancur dan lenyap esok hari, dia akan tetap melihatnya hingga akhir. Itu adalah prinsip yang dianutnya dengan penuh keyakinan.

Sampai dia menemukan kado lain selain barbel, Lee akan terus berlari tanpa henti.

Ngomong-ngomong ,Lee tidak menghitung berlari mengitari perbatasan desa sebagai ‘satu putaran’.

Sama seperti bergerak maju mundur mengitari ruangan saat mengepel lantai- dengan contoh seperti itu, akan mudah untuk membayangkannya, kan? Bagi Lee, satu putaran desa artinya berlari mengitari seluruh area desa, setiap sudut dan celah dan jalanan yang ada di desa. Itu adalah hitungan yang simpel dan sangat jujur.

Tentu saja, artinya Lee juga melakukan lompat dari pagar ke pagar, pohon ke pohon, dan berlari di atas atap-atap rumah. Bukan hal yang tidak biasa bagi seorang shinobi untuk mengambil jalur yang tidak biasa seperti ini melewati desa tersembunyi. Kenyataannya, itu sudah sangat biasa, begitu biasa hingga penduduk sudah tidak menghiraukannya.

Artinya, tidak akan ada satupun pemilik tanah yang komplain karena Lee berlari di atas atap.

Paling-paling, satu orang akan komplain di pagi hari: “Seorang pria beralis tebal berteriak ‘KUUAAA’ sambil berlari di atas atap kami pagi ini, dia sangat berisik.”

Dan begitulah, dibawah pengawasan mata wajah para Hokage terdahulu yang terukir dibukit yang menghadap Konoha, Lee melompat dan berlari sepanjang desa. Dia terus melakukannya sepanjang malam tanpa muncul satupun ide.

Dan itulah kenapa Lee menyambut fajar hari baru tanpa memejamkan mata sedikitpun.

*
Cahaya matahari terbit sekarang sudah menyentuh wajah-wajah yang terukir Monumen Hokage yang terletak di pusat Konoha.

“Delapan…ratus…enampuluh…empat…”

Nafas Lee serak parau dan terengah-engah saat dia menyebut angka itu.

Larinya menjadi sangat lambat, malah orang-orang yang berjalan lebih cepat darinya.

Dia sudah mencapai batasnya.

Kak iLee mulai menekuk, gerakannya sempoyongan maju-mundur dan akhirnya terjatuh. Dia bahkan tidak punya kekuatan untuk membuat dirinya mendarat pelan di tanah, dia jatuh berdebam keras di tanah.

Lee tergeletak tidak bergerak di tanah, wajahnya mencium tanah, memikirkan apa yangsalah.

Pertama, dia punya konsep bahwa dengan menggerakkan badannya, maka itu bisa menyegarkan pikirannya. Apa dia salah? Tidak, itu tidak mungkin. Itu tidak salah. Lee menyangkal pikiran itu.

Lalu, apakah itu idenya untuk berlari dengan tangan ditengah putarannya? Dia sudah mengira kalau itu bisa membantunya berpikir dari sisi lain, tapi apakah itu ide buruk? Tidak, kadang kalian perlu melakukan hal yang berani untuk menemukan ide baru. Jangan lupa kalau berlari menggunakan tangan mengitari desa adalah salah satu jadwal latihan normalnya. Itu tidak mungkin merupakan hal yang salah.

Apakah itu metode tidak biasanya dengan berjalan mundur? Tidak, itu adalah metode latihan yang biasa saja.

Dia benar-benar tidak melakukan hal yang salah.

Lalu, kalau begitu, kenapa dia benar-benar tidak bisa berpikir…?

Lee menatap nanar tanah didepannya. Tubuhnya sudah menjadi sangat panas sejak sesaat lalu, tapi sekarang kedinginan karena udara pagi yang menusuk. Keringat yang mengucur di tubuhnya menjadi sangat dingin, dan tubuh Lee mulai menggigil.Tapi dia menggunakan setiap otot di tubuhnya melewati batas waspada, dan tidak punya energi lagi untuk bergerak.

Meskipun itu untuk teman tercinta, meskipun aku mengatakan bahwa aku akan melakukan semuanya sepenuh hatiku untuk menemukan sebuah kado pernikahan. Untuk berpikir bahwa aku tidak bisa menemukan satupun ide cemerlang. Kenapa aku sangat tidak kompeten…?
Lee memejamkan matanya erat-erat, marah pada dirinya sendiri karena merasa sangat mengecewakan.

Bagaimanapun, dia tidak bisa begitu saja mengakhiri semuanya dengan berkata bahwa dia adalah orang yang tidak kompeten dan tidak berguna. Dia sudah memutuskan untuk menemukan hadiah yang pantas meskipun jika dia harus mempertaruhkan nyawanya, jadi dia tidak bisa berhenti dan menyerah begitu saja.

Lee yang kelelahan dan kehabisan tenaga membuka matanya lagi, semangat yang berapi-api membakarnya sekali lagi.

Tetapi, ketika dia membuka matanya, Lee menyadari sesuatu:

Seseorang sedang berdiri di depannya.

Kapan itu terjadi? Ada sepasang kaki yang terlihat oleh pandangan Lee, dengan pakaian yang familiar. Lee terkejut karena sebelumnya dia tidak menyadari siapa yang berdiri di depannya. Orang itu tampaknya sedang melihat ke arahnya.

Lee perlahan bangkit dan mendongak. Untuk melihat. Orang itu.

“Neji…”Lee bergumam pelan.

Mungkin itu adalah ilusi atau itu adalah hantu, tapi di situlah dia berdiri: mendiang temannya, Hyuuga Neji.

“Berlari tanpa henti sampai kau tumbang.” Ucap Neji, melihat ke arahnya dengan tatapan tenang yang sama. “Kau masih saja sama, Lee.”

Lee tidak bisa berkata-kata.

Ada ratusan hal yang ingin Lee ceritakan pada Neji saat mereka bertemu suatu saat nanti. Tapi dengan Neji berdiri di depannya, dia merasa sangat sedih dan tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun.

Tapi meskipun dia tidak mengucapkan apapun, Neji mengerti semuanya.

Untuk alasan tertentu, ada pemikiran yang memasuki pikiran Lee saat dia melihat mata yang tampak tahu segalanya milik Neji.
Neji berjongkok di sebelah Lee.

“Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu …” Ucap Neji, meletakkan tangannya lembut di pundak Lee.

Tangan Neji terasa hangat dan memberikan semangat. Lee tiba-tiba berpikir kalau Neji muncul karena dia begitu khawatir akan Lee yang terlalu memaksakan dirinya sendiri.

“Neji…Aku…”

“Aku tau. Tidak perlu dikatakan.” Neji tersenyum, rambut panjangnya berayun sedikit. “Lee, ingat ini baik-baik. Lebih daripada stamina… kekuatan fisik. Dan, Hyuuga…”

Neji berhenti. Tidak jelas sebenarnya dia menyelesaikan ucapannya atau belum. Sosoknya tertutup oleh kabut pagi, dan menghilang.
“….eh?”

Angin berhembus kencang, membuat pohon berdesir dan meniup kabut pagi.

“Eh– tunggu– Neji…? Neji?!”

Lee melihat ke kiri dan kanan, mencari ke sekelilingnya dengan putus asa, tapi satu-satunya yang ditemukan oleh suara Lee adalah kesunyian pagi.

“EEH?! Bbu-bukankah kau mau memberikanku sedikit saran tentang hadiah pernikahan yang membuatku sangat bingung...? bukannya itu alasan kau muncul? NEJIIIIIII?!”

-
“NEJIIIIIII?!”Lee terbangun dan mulai berteriak mencari temannya.

Sekarang sudah pagi. Masih terlalu pagi, tapi cukup terlambat karena sebagian besar orang sudah bangun dan mulai bersiapmenyambut hari baru.

Lee melihat sekitarnya linglung, mencoba untuk mencerna keadaan sekitarnya. Tampaknya dia tertidur di tengah jalan. Beruntung dia tidak diinjak-injak oleh orang yang lewat.

“Jadi itu...adalah mimpi...” Lee bergumam pada diri sendiri, mulutnya kering dan sangat membutuhkan air.

Sebuah mimpi pendek yang hanya sekejap mata. Lee terduduk kaku di tengah jalan, memegang kepalanya.

Kematian Neji sudah cukup lama. Beberapa tahun sudah berlalu.

Tapi sampai sekarang, Lee terkadang melihat Neji di mimpi-mimpinya. Mimpi-mimpi itu biasanya muncul saat istirahat yang tidak tenang dalam misi yang sangat sulit, atau saat Lee sedang mengalami kesulitan akan sesuatu.

Tapi hanya kadang-kadang. Seringkali, tak peduli seberapa Lee ingin melihatnya, Neji tidak akan muncul.

Saat Neji muncul, mimpi Lee biasanya adalahsaat latihan keras bersama Neji, atau menuju ke tempat misi berbahaya bersama Neji, keduanya berjuang melawan hal-halyang aneh.

Sangat sedikit mimpi Lee yang benar-benar bisa membuatnya melihat dan berbicara pada Neji.

Hampir seluruh mimpinya mengenai hal-hal yang sudah terjadi. Latihan, atau bertarung melawan musuh, atau mengatur strategi dalam misi. Biasanya Neji yang dengan tenang membicarakan strategi atau hal lainnya, dan Lee berdiri di sebelahnya, mendengarkan dengan seksama.

Kapanpun Lee terbangun dari mimpi-mimpi itu, frase-frase akan keluar dari bibirnya.

‘Ayo kita buat serangan frontal dinamis yang lebih hebat!’atau ‘Aku akan mengawasi di paling depan, tolong awasi keadaan sekitar!’. Semua hal yang tidak sempat dikatakan dalam mimpinya.

Kalau aku mengatakan ini pada Neji, ekspresi apa yang akan muncul di wajahnya? Seperti apa responnya?

Belakangan, semakin sulit dan lebih sulit lagi untuk membayangkan bagaimana Neji akan bereaksi.

Lee sangat, sangat menyadari fakta itu.

Suara yang kuat tiba-tiba muncul dari balik punggung Lee yang merosot.

“Lee, itu adalah masa muda yang indah yang kau dapat pagi ini!”

Lee melihat dari balik bahunya ke arah pria yang berada di belakangnya, tersenyum lebar hingga menampakkan deretan gigi putihnya, tangannya mengacungkan jempol.

Itu adalah gurunya yang penuh semangat, Maito Gai.

Akan tetapi…

“Ga-Gai sensei…”

Lee kehilangan kata-kata. Alasannya adalah karena gurunya, Gai, yang kehidupannya harus dihabiskan di atas kursi roda, ntah bagaimana sudah berada di atas atap gudang peralatan bersama kursi rodanya.

Saat Perang Dunia Shinobi, Gai mempertaruhkan nyawanya dalam pertempuran melawan Uchiha Madara, dan membuka ‘Gerbang Ke Delapan/Hachimon Tonkou No Jin’. Nyawanya terselamatkan berkat Naruto, tetapi, kaki kanannya kehilangan fungsi dan menjadi lumpuh.

Sejak saat itu, Gai menjalani kehidupannya diatas kursi roda. Tetapi, dia tidak mengubah kehidupan berdarah panasnya, memahat kata ‘masa muda’ di gips kaki kanannya dan masih menyemangati dan membimbing Lee seperti biasanya.

Lee terperangah dan tak bisa berkata-kata karena dia tidak bisa mengerti bagaimana gurunya bisa berada di atas atap gudang peralatan bersama kursi rodanya.

Tiba-tiba-

“TOU!” Gai meneriakkan suara pertempuran, meluncur dari atasatap gudang itu bersama kursi rodanya.

Dia ntah bagaimana mampu mengatur sudut kursirodanya untuk mendarat dengan halus, meskipun dengan suara BANG! yang sangat keras.
Lee berlari ke arah senseinya, bingung dankhawatir.

“Sensei, itu sangat berbahaya! Kenapa kau mau melakukan hal itu...”

“Pasti banyak orang dunia ini yang berpikir kalau kau tidak bisa terbang dengan kursi roda! Jadi aku memutuskan untuk membuktikan bahwa mereka salah dengan tubuhku sendiri.” Gai mengungkapkan maksudnya dengan santai dan tenang.

Hal seperti itu pasti merupakan hal yang tidak mungkin bagi orang lain, orang lain yang tidak memiliki kemampuan khusus untuk mengontrol tubuh dan keadaan fisiknya seperti Gai.

“Semua orang di desa, Kakashi dan Ebisu dan juga Genma, mereka masih memperlakukanku layaknya shinobi. Itu membuatku sangat senang. Meskipun aku harusnya sudah berhenti sejak lama... jadi, karena itu, aku memutuskan untuk terus membuktikan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan menunjukkan diriku yang biasanya pada kalian!” Ucap Gai, memberika pose ‘Nice Guy’ nya. “Bagaimanapun, itu adalah masa mudaku!”

Kata-kata Gai menyentuh hati terdalam Lee. Mereka selalu seperti itu. Ketika Lee sedang tersiksa, ketika Lee sedang merasakan kepedihan, ketika hatinya terasa sepertiakan hancur berkeping-keping, setiap perkataan Gai menyelamatkannya, lagi dan lagi.

Bahkan sekarang, Lee menjadi berani karena mendengar kata-kata Gai.

Dia ingin menjadi sehebat Gai suatu saat nanti. Dia ingin menjadi pria yang bisa menyemangati jiwa yang hilang dan tertekan seperti dirinya.
Itu adalah mimpi yang dipertahankan Lee bahkan saat dia bangun.

-
“Ngomong-ngomong, Gai-sensei, apa yang kau lakukan disini?” Pertanyaan itu mendadak muncul dari Lee, dan Gai menjawab dengan ringan.

“Tentu saja untuk latihan pagiku. Kupikir aku akan menghabiskan hari ini dengan berjalan-jalan bolak-balik di sekitar desa. Bagaimana Lee, apa kau mau ikut denganku?”

“Terima kasih, aku sudah menjalani latihan seperti itu.”

“Mengagumkan. Bagaimanapun, hal yang mengganggumu masih belum selesai, kan?”

Mata Lee melebar terkejut karena pengamatan Gai yang tajam.

“Ba-bagaimana kau tau?!”

“Hanya butuh satu kedipan mata untuk menyadari bahwa kau akan menghabiskan semalaman untuk berlatih dan mengkhawatirkan sesuatu. Menurutmu berapa tahun aku menghabiskan masa muda bersamamu? Itulah kenapa dari awal aku mengatakan ‘masa muda yang indah pagi ini’.”

Tepat setelah Gai mengatakan itu, Lee menyadari betapa menyedihkannya ia terlihat. Dia diselimuti dengan lumpur, dan tentu saja penampilan yang tidak enak dipandang. Dia berkali-kali tersandung karena kelelahan, terjatuh dan terguling di tanah. Semua kotoran itu diakibatkan oleh lari berkelilingnya.

“Dan sepertinya kau merasa risau karena masalah hadiah pernikahan, apa itu benar?”

Lee panik karena pertanyaan Gai yang sangat tepat.

“Gai-sensei, apa kau bisa membaca pikiranku?!”

“Tidak, itu karena aku juga diundang ke pernikahan itu …”

Gai juga merasa risau karena kado pernikahan itu.

*
Semua akan baik-baik saja selama hadiahnya adalah sesuatu yang istimewa.

Akan tetapi, masalahnya adalah mereka harus memastikan bahwa hadiah itu juga bukan sesuatu yang konyol.

Apa tidak ada hadiah pernikahan yang bisa mengekpresikan perasaannya, sesuatu yang memancarkan rasa kemenangan, pertemanan dan kerja keras?

Baik Lee dan Gai keduanya memeras otak mereka untuk mencari jawabannya.

Hadiah seperti apa yang bisa mewujudkan semangat masa muda?

Apakah ada hadiah seperti itu di dunia ini?

Yah, jika ada sesuatu yang bisa melambangkan masa muda, maka itu adalah cara merekamengenakan jumpsuit hijau ketatmereka yang tampak cerdas itu.

Ketika kalian mengatakan ‘masa muda yang membara’, hal yang pertama kali muncul dipikiran kalian adalah keringat dan air mata, kan?

Bisakah keringat dan air mata menjadi sebuah hadiah? Tidak ya?

Untuk memulai sesuatu, seseorang hidup tanpa apapun kecuali keinginan yang kuat, bukankah begitu?

Kari seperti apa yang lebih baik, yang tawar atau ekstra pedas?

Percakapan mereka mencapai klimaksnya.

“Tidak, bagaimanapun,” Lee memanas, “Aku yang hari ini tentu saja berpikir kalau Kari Pilaf lebih baik-“

“Tunggu, Lee.” Gai mengangkat tangannya untuk menginterupsi. “Kita sudah terlalu melenceng. Untuk masalah seperti ini, kita harus berkonsentrasi. Kita harus menyelidiki kembali langkah kita ke akar permasalahan ini.”

“Jadi apa kita harus kembali, ke akarnya…?”

“Yeah, sebenarnya, masalah dari hadiah pernikahan ini adalah pernikahannya sendiri, kan?”

Ntah bagaimana pembicaraan mereka menjadi terlalu filosofis.

Ketika Lee gagal berkontribusi dalam percakapan itu, Gai menanyakan pertanyaan lainnya.

“Ayo kita berpikir seperti ini: apa hal yang betul-betul harus kau bawa ke sebuah pernikahan?”

Tatapan Lee memfokus sambil berpikir serius.

Apakah pernikahan itu? Sesuatu yang perlu dibawa ke sebuah pernikahan…

Sebuah pernikahan adalah sebuah upacara dimana dua orang yang mencintai satu sama lainmenjadi suami dan istri. Dalam keadaan itu, sesuatu yang tentu saja sangat esensial dalam upacara itu adalah-

“Cinta…” Ucap Lee, malah menatap lurus ke arah Gai, bukannya merasa malu karena topik itu. “Itu hal yang dibutuhkan, iya kan?”

“Itusangat puitis. Tapi Lee, bukankah jawabannya adalah si pengantin pria danwanita?”

Lee merasa seperti tersambar petir karena perkataan Gai. Seluruh tubuhnya menjadikaku seperti diserang jutsu petir. Tanpa sadar, sebuah “AHH!” yang keras keluar dari mulutnya.

“It-Itu benar …!” Ucap Lee, “Jika pengantin pria dan wanita tidak disana, maka tidak akan ada upacara pernikahan…!”

“Iya kan? Sebuah upacara pernikahan tanpa pengantin pria dan wanita akan menjadi upacara yang biasa saja, bukan sebuah pernikahan. Sebuah upacara yang tidak berguna tanpa arti apapun!”

Lee telah dibutakan.

Gai mungkin terlihat seperti orang yang impulsif dan ceroboh, tapi dia adalah orang yang bijaksana. Dia memiliki kemampuan untuk melihat dibalik permukaan dan akar permasalahan. Bagi Lee, itu adalah sesuatu dari Gai yang selalu dijadikan cerminan dan inspirasinya.

“Maka dari itu, kita harus berpikir mengenai hal ini dari perspektif pengantin pria dan wanita, dan membawa hadiah yang akan membuat mereka senang menerimanya. Itu adalah hal yang terbaik, bukankah begitu?”

“Tepat sekali.” Ucap Gai. “Yosh, kalau begitu aku akan memikirkan hadiah untuk pengantin pria! Kau akan memikirkan hadiah untuk pengantin wanita!”

“Roger, Gai-sensei!”

“Ayo kita berpikir tentang hal ini bukan dari perspektif kita sebagai pemberi, tapi dari perspektif mereka sebagai penerima…!”

Kedua pria itu berhadapan satu sama lain dengan wambut mangkok dan alis tebal mereka, dan melakukan tos, berpikir serius tentang hal itu. Itu merupakan sebuah pertunjukan besar di pagi-pagi seperti ini.

Lee mati-matian mencoba berpikir dari sudut pandang pengantin wanita.

Jika aku adalah pengantin wanita, maka…aku akan mengenakan pakaian pengantin dan pergi ke pernikahanku… Dan setelah itu…

Menikah, melahirkan anak, pekerjaan rumah, merawat keluarga…

Kata-kata dan bayang-bayang muncul di pikiran Lee berturut-turut.

Berlayar dengan bayi di gendonganku.

Mengawasi bayiku sambil membereskan rumah.

Menggendong bayi di punggungku sambil membuka Gerbang Ketujuh dari Hachimon Tonkou…Gerbang Kejutan!

Memiliki bayi adalah hal yang sangat serius.

Untuk membesarkan dan mengasuh seorang anak, dan tak diragukan lagi, kau membutuhkan kekuatan fisik dan dukungan ekonomi, kan?

Karena hal itu, sebuah bayangan muncul dalam pikiran Lee. Dia membayangkan Hinata menggendong seorang anak dengan hati-hati, dan Naruto menatap mereka berdua.

Dan tiba-tiba Lee menyadari bahwa selama ini dia telah menemukan apa yang akan diaberikan pada Naruto sebagai hadiah pernikahan. Hanya saja dia perlu mencoba memikirkan perasaan pengantin wanita untuk menyadarinya. Sebuah pernikahan bukanlah sesuatu yang kau lakukan sendiri.

Maka dari itu, hadiah terbaik untuk seseorang yang akan menjadi ibu—

-
Lee, ingat ini baik-baik. Lebih dari stamina… kekuatan fisk…

-
Kata-kata Neji dari mimpi itu muncul di pikirannya.

Akhirnya aku mengerti Neji. Kau mengkhawatirkan Hinata, kan?

Lee mengangguk pada dirinya sendiri, dan kemudian …

“Aku tahu…!” Lee berkata penuh damai. “Untuk melindungi rumah dan keluarganya, seseorang membutuhkan kekuatan fisik… dan yang paling utama, fisik yang sekuat mungkin!”

Gai mengangguk, juga menjawab. “Sekarang, aku memikirkan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menuntaskan semua masalah di rumah. Membasmi serangga dan memperbaiki pipa dan mengangkut bahan makanan. Seseorang harus mengasah otot tangan mereka untuk pekerjaan-pekerjaan seperti itu… Karena itu, jawaban yang ada dipikiran kita berdua pasti sama. Hadiah yang harus kita berikan adalah…” Gai tersenyum puas pada Lee.

“…Barbel!”

Lee menyadari air mata membanjiri matanya.

“Aku juga…” Lee menghirup ingusnya. “Dari awal…dari putaran keduaku mengelilingi desa..! Aku juga memikirkan itu…!”

Airmata mengalir deras di wajah Lee tanpa terkontrol.

“Gai sensei! Gai senseeeeeeeeiii!” Lee terisak, dan melompat memeluk gurunya.

Lee luar biasa senang. Idenya tidak salah. Senseinya menyetujui idenya. Kebahagiannya sangat murni dan sederhana.
Gai juga menangis. Sambil air mata mengalir deras di pipinya, dia mengeratkan pelukanya. “Lee! Kau beli barbel untuk tangan kanan, dan aku akan beli untuk tangan kiriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!”

Gai berteriak sambil mendongak ke angkasa. “UOOOO! AKU AKAN BELI BARBEL YANG KIRIIIIIIIIIIIIIII!!”

Untuk waktu yang lama, keduanya berpelukan satu sama lain dan menangis.

*
Berkat Gai, Lee akhirnya menemukan kado pernikahan yang cocok untuk mengekspresikan perasaannya pada pasangan itu. Hatinya terasa ringan dan lega.

Segera setelah mereka mendapat ilham, keduanya langsung pergi membeli barbel. Penjualnya sangat terkejut karena bisa menjual dua buah barbel pagi-pagi seperti ini.

Lihatlah ini, Neji. Aku akan menunjukkan kado pernikahan yang akan kuberikan. Barbel-barbel ini…!

Gai tersenyum lebar melihat semangat di mata Lee.

“Lee, dengan ini persiapan kita untuk pernikahan itu sudah selesai!”

“Ya! 'Beban' (barbel) yang kita bawa ini…akan menjadi kado pernikahan terbaik yang pernah ada!”

“Yosh, ayo kita lomba lari sambil membawa benda ini! Ayo kita mulaaaaaaaaaaaaaaai!”

Detik saat kata-kata itu keluar dari mulut Gai, dia mulai memutar roda kursi rodanya dengan kuat, melesat kencang di depan Lee menyisakan angin dan debu.

Lee tertinggal sambil menatap punggung senseinya di balik kursi roda yang perlahan menghilang.

“Tunggu aku, sensei!!”

Hari ini, Konohagakure penuh dengan semangat masa muda.

*
Kemudian…

Setelah itu, Kakashi menerima beberapa komplain:

“Pagi-pagi tadi, dua orang pria berteriak-teriak tidak jelas di belakang rumahku. Berisik sekali!”



[TranslatorNote] :
*Tulisan A-N yang tertulis di gerbang Konoha jika dibaca memang terdengar seperti ‘aun’, seperti suara yang kalian buat saat membuka mulut untuk makan atau menguap. Di samping itu, dalam kebudayaan Jepang, ‘a’ dan ‘n’ adalah bunyi awal dan akhir dari Alam Semesta, jadi gerbang itu juga menyimbolkan Konoha sebagai tempat berlindung.
0 Komentar untuk "Novel Konoha Hiden-Chapter 1 "Hadiah Pernikahan, Kekuatan Penuh!""

Back To Top